Tiga gelar juara mobil irit se-Asia kini sudah di tangan mahasiswa ITB.
Namun di balik kesuksesan itu, dua tim juara kini masih berhutang
ratusan juta rupiah.
Dua dari tiga tim asal ITB, sepakat
menggabungkan diri sejak pembentukan 6 bulan lalu. Mereka membuat mobil
irit Cikal Cakrasvarna yang berbahan bakar bensin dan Cikal Cakrawala
dengan biodiesel. Sejak setahun sebelum lomba, mereka berusaha mencari
dana lewat proposal sebesar Rp 700 juta untuk pembuatan tiga mobil.
Hingga
menjelang lomba, duit yang terhimpun dari berbagai sponsor masih
sedikit. ”Kurang dari setengahnya, terpaksa satu mobil gagal dibuat,”
kata manajer tim Cikal Cakrasvarna, Peter Lukito Ferdian, di Gedung
Rektorat ITB, Rabu 11 Juli 2012.
Segelintir sponsor yang
menyumbang cukup besar yaitu PT PLN dan Perusahaan Gas Negara. Total
dari keduanya sebanyak Rp 100 juta. ”Sisanya kami pinjam dari orang tua
masing-masing,” Peter berujar.
Dari kampus ITB, kata anggota tim
lainnya, Kevin Yohanes Lisandi, bukan nihil bantuan. ”ITB sudah
menyediakan fasilitas tempat dan alat buat kami,” katanya.
Selesai
lomba, tim rencananya akan meminta sumbangan dari sponsor lain yang
telah menyatakan bersedia membantu tapi belum memberikan uangnya hingga
lomba selesai. Mereka berharap dengan dana itu bisa melunasi hutang
mereka ke orang tua.
Tim mobil Cikal Cakrasvarna yang memakai
bahan bakar bensin berhasil meraih juara umum di ajang Shell
Eco-Marathon Asia 2012 di Sirkuit Sepang, Malaysia, pada 4-7 Juli lalu.
Sedangkan mobil tim Cikal Cakrawala meraih juara kedua di kelas
E-Mobility kategori Urban Battery Electric Car. Tiga juara lainnya
diraih mobil tim Sadewa dari Universitas Indonesia, Tim ITS 2 Surabaya,
dan mobil Cikal Diesel dari ITB sebagai juara kedua di kelas Urban Fatty
Acid Methyl Esther (FAME).
No comments:
Post a Comment